Kisah Nabi : Aidiladha mengimbau pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail


Masihkah anda ingat kisah pengorbanan Nabi Ibrahim a.s yang menerima wahyu Allah supaya menyembelih puteranya, Ismail.

Salah satu cara wahyu Allah diturunkan adalah melalui mimpi. Suatu hari, Nabi Ibrahim a.s. telah bermimpi bahawa Allah menyuruhnya menyembelih Ismail yang merupakan satu-satunya putera yang didambakannya sejak puluhan tahun.

Ia duduk termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Tiada bapa yang sanggup menyembelih anak sendiri tapi sebagai seorang Nabi dan pesuruh Allah, ia harus menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam mentaati perintah Allah.

Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:

“Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya.”

Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan wahyu tersebut kepada puteranya.

Nabi Ismail sebagai anak soleh yang taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:

“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan siksaku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan cenderamata kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya”

Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:

“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”

Saat melaksanakan penyembelihan itu, diikatnya kedua tangan dan kaki Ismail sepertimana diminta, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambilnya parang tajam yang sudah tersedia. Dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan.

Akan tetapi dengan kuasa Allah, parang yang tajam itu menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana sepatutnya. Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bagi melihat sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah.

Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tiada tolok bandingan terhadap perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.

Sampailah suatu ketika dirasakan bahawa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:

“Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.”

Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.

Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:

“Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan.”

Kemudian sebagai ganti nyawa Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya. Lalu disembelih kambing tersebut menggunakan pisau tajam yabg tidak lut di leher Ismail.

Dari sinilah bermulanya sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Aidiladha di seluruh dunia.


TINGGALKAN MAKLUM BALAS

Sila masukkan komen anda
Sila masukkan nama anda disini